Seumur-umur tumben mendapatkan lelaki yg sekarang menjadi suami, tiap bertengkar selalu berkata yg amat kasar terhadap sy istrinya. Tidak tanggung-tanggung ia selalu menyudutkan sy selalu yg selalu menulis curahan hati di note/catatan pribadi dan tanpa sepengetahuan sy, dia membacanya. Setiap dia membentak maupun berkata kasar, sy selalu diam dan memilih untuk bertahan karena anak saya masih kecil. Sy tidak pernah cerita kemanapun, sy selalu menulis seluruh hati saya di dalam buku pribadi dan itu di baca olehnya. Setiap bertengkar, meskipun bukan salah sy, dy selalu mengungkit buku harian sy tsb dan mengatakan bahwa dirinya difitnah dan seakan-akan di salahkan. Dan kembali, sy hanya diam dalam tangis, sembari berpikir, apakah sy tinggalkan sy suami yg spt ini? Memang tidak ada KDRT tp akat-kata kasarnya itu sungguh membuat sy sakit. Dulu sewaktu masih gadis, beberapa pria yg mendekati sys selalu sopan tutur kata dan prilaku, tetapi mengapa ketika sy mendapatkan suami seperti ini. Bahkan pernah di benak sy ingin bunuh diri saja, tp anak selalu yg menjadi obat teduh sy. Setiap berselisih paham dgn mertua, selalu sy yg di salahkan tanpa tau akar permasalahannya. Menikah hampir 3 tahun, tidak pernah sy dibela jika ada masalah dgn mertua. Benar sekalipun jika masih berada di keluarganya, akan selalu salah. Saya sudah membantu mencari rejeki, sy mengurus rumah tangga, tapi mengapa... Saya yakin Tuhan akan membantu sy
Maaf sebelumnya Sebelum menikah, mbak pasti sudah berpikir matang2 baik buruk calon suami mbak. Apakah sikap temperamentalnya berubah setelah menikah? Mungkin ada sebab musababnya. Apa ada tekanan dari pekerjaan, keluarga atau lingkungan sekitar hingga ia sanggup mengatakan hal2 yang menyakiti mbak? Kadang, akibat perubahan suasana dari yg sebelumnya belum berkeluarga menjadi berkeluarga ditambah ada lagi tanggung jawab pada anak, mempengaruhi suasana hati dan pikiran seseorang. Belum lagi mungkin dari pihak keluarganya seakan ikut campur atau merasa bahwa pasangannya tidaklah pantas untuknya. Kadang ada pula pria, karna istri hanya diam dan pasrah, justru semakin meraja. Ada pula yang jika dibantah, semakin menggila. Banyak saja berdoa padaNya, agar hati tetap sabar. Tetaplah tersenyum di hadapan suami meski hati menangis. Bagaimanapun mbak telah mengikat janji setia dengannya, belum lagi ada anak yang mesti diberi perhatian lebih. Jangan sampai anak melihat mbak menangis, bisa mempengaruhi mentalnya kelak. Jodoh di tangan Tuhan, hanya Ia yang tau dengan siapa dan mengapa kita berjodoh dengan seseorang. Semoga kelak suami mbak bisa kembali bersikap harmonis dan rumah tangga kalian kembali bahagia