Kadang sebagai manusia, aku juga pengen bisa sama dan setara. Sama seperti temanku yang lain, Yaa .. mungkin memang aku ngga bersyukur Tapi, aku cape aja sampai kapan hidup akan terus bergulir seperti ini disaat semua temanku mendapatkan bahagianya, dan menyiapkan hari bahagianya. aku masih bersama keluarga ku yg toxic, dan masih bersama pasanganku yang terus menggantungku mau sampai kapan, tuhan? aku kira hadirnya dia dalam hidupku dapat mengangkatku dari jurang penderitaan bersama orangtua ku yg terus menyiksaku dan dari keluargaku yg gak sehat. tapi aku sadar, hidupnya bukan cuma untuk aku dia punya orangtuanya dan adik adiknya yg harus dia angkat dulu dari garis kemiskinan salahku, beberapa waktu lalu aku menagih, kapan ia akan membawaku? kedua kalinya aku melihat dia berbicara dengan tatapan nanar yg kosong, mengisahkan betapa sakit dan pahitnya perjuangan keluarganya dulu hingga ia akan merelakan semua (bahkan ia rela tidak akan menikah) agar mama nya tidak kembali menangis diam-diam seperti dulu, karena keterbatasan ekonomi dan bapaknya yg memiliki gengsi tinggi sehingga tidak mau bekerja kasar. aku, dengan egoisnya hatiku menolak, aku kecewa, dalam hati aku mendebat dan mencaci tuhan mengapa kembali mempertemukanku dengannya dan kami malah tinggal bersama di tengah malam yg hening tiba-tiba ia memelukku erat dari belakang. ketika aku membalikkan badan dan menatapnya, dia menutup wajahnya dengan bantal dan memelukku "Ya tuhan, dia menangis" pikirku Itu pertama kalinya aku melihat laki-laki ku, meneteskan air mata. menangis sesenggukan seperti anak kecil dengan banyak kesakitannya di hadapanku dan malam itu, kami berpelukan dan menangis bersama dari situ aku sadar .. aku memang tidak seberuntung mereka tapi bukan hanya hidupku saja yang pahit, hidup tidak melulu tentang aku dan aku hanya berdoa kepada tuhan, agar tuhan menguatkanku untuk bersabar, menunggu makhluknya yg satu ini jika memang ia untukku. begitu juga agar tuhan menguatkanku untuk mengikhlaskan barangkali suatu saat dia bukan untukku.