Malam itu, malam ratam fakultas bahasa dan seni undiksha. Luncuran kembang api sudah terlihat jelas, tepat diatas tubuh ini. Indah, seakan melepaskan semua beban akan tindasan-tindasan calon mahasiswa baru. Kau yang pertama memegang pundak ini, Kau yang seakan membuat hatiku tenang. Kau seakan menjadi pahlawan. Kau, kakak panitia yang aku dambakan, yang ahirnya menjadi tusukan. Seiring waktu berjalan, seakan kau memberi tanda-tanda itu. Yaa tanda akan peluang hadirnya aku di dalam hidupmu. Betapa bahagianya aku? Betapa sempurnanya aku? Tetapi , betapa PDnya aku? Betapa lucunya aku? Dan betapa cupunya aku? Ternyata , kau sudah bertunangan? Benarkah itu? Lalu apa arti senyummu? Apa arti sapamu tiap bertemu? Apa arti semua itu? Kau mempermainkan aku? Iya? Setega itu? Kita belum lama bertemu. Aku yakin, engkaupun belum tahu namaku. Oh tuhan , indah sekali rencanamu. Sesakit ini yang aku rasakan. Secepat itu aku berbunga, dan secepat ini aku merana. Aku akan mencoba tetep tersenyum. Selalu ku simpan tanda tanganmu kak G, walau aku tau aku tak akan bisa memilikimu. Aku anggap ini kenangan semu yang tetep ada , walau sedikit menyakitkan. Mungkin ini memang tadirku mengenalmu. Hanya sekedar kagum tanpa harus dicintai.