ingin berubah karena hampa

Discussion in 'Ruang Curhat' started by Satuduatiga, 11 January 2018.

Silakan gabung jadi member agar bisa posting
  1. Satuduatiga

    Satuduatiga Member

    Mungkin curhatanku kali ini agak panjang, dan nggak jelas akar permasalahannya tapi terimakasih banget buat yang udah mau baca dan memahami :)

    Aku udah berkerudung dari sebelum masuk ke madrasah tsanawiyah (SMP) pas umur 12 tahun. saat itu aku masih sering pakai dan lepas kerudung. Aku cuma pakai kerudung pas ke sekolah atau ada acara keluarga, selain itu aku sering banget nggak pakai kerudung karena teman temenkupun kebanyakan kalau jalan bareng lepas kerudung.

    Aku mulai nggak lepas kerudung kalau keluar rumah itu baru pas kuliah, tapi akupun masih nyaman pake kaos atau kemeja sama celana jeans ketat dan kerudung yang diselampirin doang. saat masuk kuliah itu aku juga udah nggak pacaran lagi sampai saat ini udah 3 tahun lebih. dulunya aku sempet pacaran 4 kali dan sekarang udah males pacaran karena menurutku mereka ga seperti yang aku pengenin (atau mungkin cuma cinta monyet). diwaktu punya pacar itu aku ngerasa baik baik aja. aku bisa ngomongin apa masalahku, apa pengenku dan apa kegelisahanku. lalu pas aku nggak pacaran ada temen peer group ku yang selalu sedia buat diajak sharing. cerita masalah kampus, masalah tugas, organisasi, masalah keluarga dan yang lainnya. mereka selalu nemenin aku kemana kemana dan care sama aku.

    tapi, hampir setahun ini perlahan lahan peer group masa SMP, SMA, maupun kuliah ku udah ngejauh satu satu, aku nggak tau mereka yang ngejauh atau memang aku yang perlahan ngejauh. disini memang aku itu orang yang suka ngilang kalo temenku yang butuh aku, aku nggak bisa memahami mereka, aku nggak bisa ngasih solusi jitu, aku nggak bisa dateng ke acara penting mereka, aku sibuk dengan urusanku sendiri. dan akhirnya sekarang aku nggak punya tempat curhat. aku cuma berdiam diri seakan nggak terjadi masalah apa apa. sampai saat ini aku ngerasa hampa banget, banyak masalah yang dateng tapi nggak terselesaikan, entah masalah temen, kampus, finansial, ataupun lainnya. rasanya kosong karena aku nggak bisa menuhin ekspektasi oarang orang terdekatku aku pingin marah, nyalahin diri sendiri karena nggak bisa ngejaga hubungan baik dengan temenku. ngerasa apa yang udah aku lakuin selama ini useless dan nggak ada tujuan hidup. Aku pingin percaya sama kekuatan Allah kalo aku bisa kuat jalani hidup ini, yakin kalo temenku bisa percaya aku lagi, akhlakku bisa lebih baik dari sebelumnya.

    Aku pingin memperdalam ajaran agama dan memperbaiki akhlakku. pingin pake baju yang sesui syariat Islam, tapi masih terkendala sama keraguanku sendiri. aku masih sering ngelewatin waktu sholat, aku masih sering males malesan buat ibadah, masih sering ngelakuin dosa dosa ini itu. takut nggak istiqomah.
     
  2. Husain

    Husain Active Member

    Determine today what is important and follow through with action.......

    Anyway, dari pernyataan diatas penulis telah menunjukkan bahwa ia sebenarnya telah mendapatkan makna dari penyesalan dan merasakan rugi atas perbuatannya. Semua itu yang menjadikan dia menginginkan dirinya mendapat jalan keluar dari kondisi yang di alaminya. Di dalam dirinya sudah terdapat perasaan dan lintasan atas penyimpangan dan maksiat yang terus menerus dilakukan. Namun hal ini belum disertai dengan hati yang tidak rela atas perbuatannya, benar-benar merasa fakir (tak memiliki apa-apa), sedih, takut dan penyesalan atas perbuatan yang dilakukan.

    Tak diragukan lagi bahwa penyesalan memiliki tingkatan dan kedudukan. Semakin besar rasa sesal dalam diri seseorang atas kesempatan yang hilang dari dirinya atau perbuatan menyimpang yang sering dilakukan, maka semakin besar rahmat الله yang akan di dapatnya. Semua itu akan menjadi sebab pengampunan الله bagi dirinya.

    Hal-hal yang harus diperhatikannya adalah selalu merenungi riwayat tentang keutamaan dan kewajiban taubat, juga selalu sadar akan bahaya perbuatan maksiat dan hukuman yang akan di dapat bagi pelakunya. Sebaiknya pula ia selalu berdiam di pintu الله dengan memaksa dirinya agar selalu bersedih dan merasa hina atas perbuatan yang dilakukan. Jika dia selalu dalam kondisi seperti ini, maka boleh jadi الله akan membukakan baginya keutamaan dan kebaikan-Nya hingga memenuhi hatinya dengan taubat, ketundukan, cinta dan malu atas perbuatan yang dilakukan serta malu terhadap Tuhan Yang Maha Tinggi. Barang siapa mengetuk pintu Sang Dermawan, maka akan dibukakan pintu itu baginya.
     
    Satuduatiga likes this.
  3. “Ikhlas itu gampang, yang susah ikhlas terus. Menerima itu gampang, yang susah menerima terus. Memahami itu gampang, yang susah memahami terus. Positif itu gampang, yang susah positif terus. Patuh itu gampang, yang susah patuh terus. Menjaga perasaan orang lain itu gampang, yang susah menjaga perasaan orang lain terus. Menulis itu gampang, yang susah menulis terus. Ngaji itu gampang, yang susah ngaji terus.”

    What’s the point? Yes, istiqomah.

    Pernah nggak sih kamu, dalam satu waktu tertentu berwacana dan berjanji kepada diri sendiri untuk melakukan suatu amal, tapi beberapa waktu kemudian, ditengah-tengah perjalanan kamu sudah kepayahan, kelelahan dan akhirnya kalah sama diri sendiri?

    Me too. Dan ya, saya seketika merasa gagal menjadi hamba yang manutan. Malah terkesan semaunya sendiri.

    Ada diantara kita yang memulai melakukan suatu perjalanan, ia begitu teguh sekali memegang pedoman. Tapi ketika menemukan tanjakan, langsung nggeblak. Ketika menemukan landaian dikit, malah kejlungup.

    Misal nih. Hari ini kita berjanji untuk mulai nanti malam sampai seterusnya, kita bakal berangkat sholat malam. Karena sangking menggebu semangatnya, sekaligus aja delapan rokaat plus tiga rokaat witir sesuai sunnah Rosul. Tapi pada suatu waktu, karena ada suatu acara tertentu atau mungkin begadang-begadangan ngerjain tugas yang sampai larut malem, eh akhirnya sholat malamnya nggak terlaksana dengan alasan kecapekan. Apalagi kamu janjinya bakalan sholat sebelas rokaat terus. Jadi nambah stok alasan buat nggak ngelaksanain deh. And see? Hari itu kita sudah bolong sholat semalam. Apakah masih layak disebut istiqomah? Tentu tidak, sobat.

    Misal lagi. Contoh konkret dibulan puasa aja, wes. Pada bulan ramadhan kita berwacana dan berjanji akan mengkhatamkan Qur’an sebanyak dua atau tiga kali khatam. Lalu dengan semangat macam tiga hari lebaran udah mau datang, seharinya langsung kebut aja tiga juz tiga juz. Ujug-ujug, tak dinyana-nyana, baru sampai separo ramadhan udah lemas leyah-leyeh doang. Apalagi kan janjinya sehari tiga juz? Nambah stok alasan lagi dong? Ditambah nanti sepertiga terakhir ramadhan malah samasekali nggak mbaca garagara ribet ngurusin lebaran. Apakah ini konsisten? Oya mboten.

    Memang, konsisten itu susaaah. Mengingat konsisten atau istiqomah merupakan satu amalan yang lebih baik daripada seribu karomah. Satu karomah seorang wali Allah aja bentuknya bisa sekeren, misal: menghidupkan orang mati. Apalagi ini seribu gitu loh. Maka saya nggak heran, bagi saya sendiri, istiqomah itu susaaaaaaah banget. Nget. Nget.

    Akhirnya, tadi saya merenung sambil ngaca. Setelah saya pikir-pikir ternyata saya manis juga. Wkwkwkwkwk.

    Ga deng.

    Tadi saya merenung. Ternyata penyebab kenapa kita begitu susah beristiqomah adalah karena kita terlalu muluk-muluk pada suatu hal. Terlalu berlebihan. Gas pol awal, macet akhir. Bablas.

    Maka, apa problem solvingnya?

    Hiduplah sak madyo.

    Ibadah ya sak madyo saja. Gapapa sholatnya masih bolong-bolong, tapi setiap waktu berusaha membiasakan diri sholat 5 waktu, anggap sholat seperti waktunya makan, klo nggk makan kita ngerasa laper, atau klo nggk sholat jadi nggk tenang. Gapapa baca Qur’an sehari satu lembar, yang penting setiap hari aja bacanya. Gapapa nyempilin uang duaribuan dimasjid, yang penting nyempilin aja tiap hari. Gapapa sehari sholawatan 100 kali doang, yang penting setiap hari aja sholawatannya. Gapapa belajar sepuluh menit sehari, yang penting setiap hari aja belajarnya.

    Imam Ghozali bilang, ”Tidak ada baiknya kebaikan yang tidak terus. Malahan keburukan yang tidak terus, lebih baik daripada kebaikan yang tidak terus.“

    Soooo, sama seperti lebih baik sholat malam setiap hari dua rokaat daripada pada satu malam sholat malam duabelas rokaat tapi dimalam lain nggak berangkat. Lebih baik baca Qur’an selembar sehari daripada satu hari membaca sejuz tapi besoknya malam nggak baca samasekali. Menurut saya, nggak masalah kalau sholat masih bolong-bolong, tapi bener sudah diniatkan ingin sholat 5 waktu, toh masih belajar membiasakan diri..tapi mbok ya jangan lama-lama ya..hihihi, nggak masalah kalau setiap hari nggak baca Qur’an atau ibadah-ibadah yang terlihat waw lainnya. Asalkan, setidaknya, kita punya satuuuu saja, amalan yang walaupun kecil tapi istiqomah aja setiap hari.

    Meskipun yang paling baik tentu adalah sholat 5 waktu di tambah sholat sunnahnya tiap hari, baca Qur’an berjuz-juz tiap hari, sedekah tiap hari. Atau sholawatan seribu kali tiap hari.

    Sak madyo saja lah. Biasa-biasa saja. Secukupnya saja. Normal-normal saja. Nggak usah berlebihan. Atau berada ditengah-tengah—daripada nggak konsisten.

    Menjadi seseorang yang sak madyo itu enak, btw. Porsi resah dan khawatirnya dikit. Allah bilang gitu sendiri di Qur’an. Memang, terlihat biasa-biasa saja. Tapi sungguh, ia terlihat spesial karena keistiqomahannya, meskipun hanya sedikit-sedikit.

    Karena ibadah yang paling disukai Allah dari seseorang ialah ibadah yang dilestarikan seseorang itu.

    Jadilah seseorang yang sak madyo. Cinta seseorang sak madyo. Benci seseorang sak madyo. Cinta harta dan pangkat ya sak madyo. Cinta kekuasaan sak madyo. Cinta golongan sendiri sak madyo. Cinta keluarga sak madyo.

    Lalu, kenapa ketika kamu dikecewakan seseorang kamu merasa menjadi manusia paling hancur sedunia, susah melepaskannya, sulit menerima kenyataannya? Jawabannya, karena kamu berlebihan.

    Cintailah semuanya dengan sak madyo. Cintai semua secukupnya.

    Cinta terbaik adalah cinta yang secukupnya.

    Semoga membantu dan berkenan dihati mbak ya...
     
    Satuduatiga and Bintang hijau like this.

Share This Page