Seketika, kata - kata ini meluncur begitu saja dari benak saya. di hujani diksi pragmatis. bahkan terlontar secara lantang difikiran saya tentang bagaimana saya harus bersikap dengan keadaan yang terkesan membingungkan. karena disini saya dapat menulis tanpa harus ada yang memperdebatkan tentang apa yang telah terjadi. entah bagaimana caranya saya harus menghadapi situasi dimana pengakuan menjadi titik terberatnya. sementara logika dan perasaan saya serasa tak berdaya menghadapi hal yang selama ini kita sebut ego. dan kini muculah beberapa pertanyaan saat saya diharuskan bertemu dengan tokoh utamanya tang kita sebut "Takdir". maka muncullah beberapa pertanyaan. apa tu Hati ? apa itu Perasaan? apa itu Cinta? jika kita bicara tentang hati, maka yang terbayang adalah sebuah organ tubuh yang berbetuk segumpal daging yang secara fungsional berguna untu menyerap sari - sari makanan dan menghasilkan empedu. sementara jika kita berbicara tentang konteks perasaan akan lebih cenderung kepada ransangan panca indra terhadap suatu kondisi tertentu. Namun bagaiman dengan Cinta ? mungkin kita akan langsung memberi tolak ukur kepada rasa kasih sayang terhadap suatu objek atau individu. namun mari kita buat lebih sederhana walaupun cinta itu tidaklah sesederhana kata cinta itu sendiri. bagaimana kalau dalam kasus ini Cinta adalah dimana sebuah hasrat yang mengesampingkan realita. tidak peduli apakah hasrat itu bisa diterima logika atau bahkan bukan lagi sekedar kata hati atau perasaan belaka. nah, disanalah toko baru bernama "ego" mengambil perannya dan ketika dia menang itu akan membuat segala kemungkinan terburuk menjadi masuk akal. Kembali kepada pembicaraan mengenai sitokoh utama benama takdir tadi. kenapa? mungkin banyak yang bertanya. karena semua berawal dari itu semua. bagaimana kalau awala dari semua moment hidup berbeda dari apa yang sesungguhnya telah terjadi. saya yakin tulisan ini tdak akan pernah tercipta. Dan kini permainan takdir telah mengacaukan segala keadaan disekeliling saya. atau mungkin saya yang telah mengacaukan alur itu sendiri. persepsi awal yang telah berevolusi seiring berjalnnya waktu menjerat saya dalam sebuah dilema yang rumit. dihadapkan kepada pilihan yang mungkin akan dihindari oleh semua orang waras didunia ini. dilema seperti apa? mungkin akan sedikit kompleks untuk dijelaskan melalui tulisan namun pada intinya mundir terhadap suatu angan - angan atau terus berusaha yang bahkan saya pun tidak tahu akan berakhir seperti apa. secara umum mungkin khalayak umum akan menyarankan untuk terus berjuang walaupun akan gagal dan mungkin akan muncul nasihat untuk terus mencoba. namun kali ini tidaklah semudah itu. maka dari masalah ini cukup kompleks untuk semua pilihan. dimana ego saya sudah "terlanjur" menang untuk bersikap bijak dan mundur. bisa dikatakan saya berada diposisi dimana semua sudah serba terlambat. dimana saat saya sudah hampir menemukan keputusan semua sudah sangat kacau. Pernah sekali melakukan tindakan yang benar dengan memilih diam. namun karena satu dan lain hal semua lantas berubah begitu saja. disitulah saya merusak plot susunan takdir. jujur akan sangat menyakitkan membayangkan kemungkinan terburuk. dimana hasrat saya benar - benar sudah mengabaikan realita. bahkan paradigma saya sudah membuat keadaan sudah semakin berat untuk dijelaskan. memikirkan semua dampak dalam satu pemikiran. semua hal - hal kecil yang saya perhatikan tiba - tiba berubah dan menjadikannya masalah baru.