Hmmm,,, ane sih gatau yang mana lebih cerah. Tergantung orangnya mungkin, kalo emang mau dibawa serius
Gue gak tau @waka masih liat2 forum apa gak. Ini soal memilih pendidikan utk sendiri, anggota keluarga, dsb atau, punya kandidat pacar2 dgn atribut pendidikan ketiga itu ya? Manatau begitu secara gak ada penjelasannya. Mungkin lo sendiri malah lbh paham ya bang/kak waka, hanya mencari opini lain. Gak tau juga. Prospek masa depan paling cerah itu relatif dan agak ambigu, yg jelas tiga2nya jenjang pendidikan dgn proporsi mencetak lulusan2nya menjadi abdi negara, begitu kan? Setau gue, sejak masa pendidikan sampe kelar (otomatis diberi golongan dan pangkat) dan seterusnya, ketiganya memang sudah didukung jalur konstruksi karir yg terarah secara struktural. Teorinya demikian. Prakteknya relatif demikian juga. Kepolisian & militer menggunakan sistem hierarkis statis maupun alternatif yg berkorelasi dgn jalannya karir. Katakanlah bintara akpol alurnya lempeng ke bripda, briptu, brigadir, bripka, aipda, aiptu, ipda, iptu, akp, kompol, akbp, kombes, brigjen, irjen, komjen, jenderal. Dinas berdurasi 4-5 thn di level2 tertentu utk kepangkatan, kecuali level pamen & pati berdasarkan accomplishments macam aspek, seingat gue. Akmil masing2 matra (AD, AL, AU) lbh kurang sama. Katakanlah tamtama prada, bintara serda, perwira letnan dua. Untuk ke letda tadi ditempuh lewat bintara jika dipromosikan, perwira PK utk umum tamatan D3, sekbang PSDP TNI / lulusan penerbangan dinas pendek, dan akmil dgn seleksi amat ketat. Ini juga gak kaku setau gue, ada kasus2 tertentu tamtama bukan mustahil naik perwira menengah krn prestasi. Di akmil, bidang2 keahliannya juga masing2 terarah & terfokus. Selesai dr akmil sbg sarjana sains terapan pertahanan / SSTHan, pangkat letda, mengemban tugas2 awal di ranah komandan pleton; sisanya dari jalur lain sesuai kesatuan masing2. Seterusnya dgn mekanisme tahap yg ada, pangkat blablabla, dsb hingga tertinggi jika memungkinkan. Kelar pendidikan IPDN, otomatis PNS golongan 3A. Pendidikan kedinasannya kepamongprajaan, awalnya sdh pasti di jalur staf birokrasi dan instansi pemerintah di wilayahnya. Ada proses2 waktu yg berjalan sampai ke jabatan struktural golongan 1 or tertinggi di pempus dan pemda, karir pemerintahan maupun karir politik. Pejabat depdagri, dirjen, kepala dishub, gubernur, dsb contohnya katakanlah. Ada juga combine sekalian entar jadi pengajar ilmu kepemerintahan. Temen gue ada yg seperti ini. Soal dinas, jabatan dan kenaikan pangkat, ketiganya, pd intinya sama2 tergantung penyesuaian pendidikan, prestasi, jabatan, peluang, persaingan sehat, hasil assessment, dan pelanggaran bila ada. Ini kalo bicara garis umumnya doang; diluar berbagai hal lain, ukuran gaji yg diterima selama dan setelah kelar akademi, fasilitas kesehatan, penanggungan, jaminan, dan seterusnya. Mendetilnya diskusi ke mereka2 yg bijaksana di bidangnya. Intinya menurut gue, apapun yg dipilih letaknya ada pd passion, pertimbangan yg jernih, logis, dan kerja keras utk pencapaian apapun itu. Tanggapan gue mungkin kurang membantu. Barangkali ada yg ter-balik2 secara agak lupa juga. Cuma bisa ikut berharap lo mengambil keputusan pendidikan yg pas utk diri lo (atau org terdekat). Jika pun lo gak memutuskan apapun dr ketiganya, entah kuliah perminyakan, politik, bisnis, teknologi informasi, bahkan tangguhkan / batal / berhenti kuliah, jadi pelukis, penulis naskah, membuka usaha entah juragan beras, botol kemas, apparel, baja ringan, bank sampah, roti dan kue, berusaha jadi konglomerat muda, … segala sesuatunya yg terbaik utk lo & masa depan lo yg keren. Good luck.
