Malam ini aku kesal... benar-benar kesal mendekati marah. bukan mendekati lagi... malah sudah sangat marah dan kecewa hingga aku harus menitikan air mata. Bayangkan.... Ketika suamiku menuntut aku untuk selalu ada buat dia dalam berkomunikasi jarak jauh... aku tak bisa penuhi karena pekerjaan ku bukan hanya memegang hp. ada hal hal lain yang memang harus aku kerjakan kan? sama seperti kalian juga pastinya. apakah kita gak makan? gak sholat? gak mandi? gak bebenah rumah dan lain sebagainya? Apakah pekerjaan kita hanya memegang dan mainan hape? males amat. suamiku pasti marah besar ketika aku telat mengangkat telp nya. atau sekedar membuka sms, whatsapp maupun chat line dia. Ketika kita reply dia akan bertanya ngapain sih? kemana aja sih? punya hape buat apa kalau gak dipakai? udah buang aja. Heii... suamiku. aku abis buang air besar. aku abis nidurin anak. aku abis nyuci baju. aku abis masak sayur. aku lagi kerja. aku lagi ngerjain tugas. atau... apapun alasannya yang aku sodorkan tak pernah dia mau tahu atau terima. Bagi dia.. saat dia butuh penggunaan hape atau telp, sesegera mungkin kita ladeni. Hari ini aku kembali kena semprot kemarahannya. Cuma lantaran pergi keluar rumah lupa pamit sebelum berangkat. bilang setelah sampai tujuan. Lalu saat dia nelp aku tak sengaja bicara dengan adikku yang melintas minta matiin air mesin cuci. dia bilang "ketika aku bicara jangan pernah bicara dengan orang lain tanpa izin dahulu. gak sopan".katanya. Ya Allah... rasanya darah tinggi aku memuncak ini jika tiap hari hanya berpenyakit sekitar hape dan hape. tapi ketika memasuki malam.. aku whatsapp dia, chatku hanya di read saja. lalu aku diam. tapi selalu aku cek tiap menit. masih belum ada jawaban. seandainya itu terjadi padaku.. pastilah aku habis dia maki maki. Aku pasti kena imbas kekecewaan dan kemarahan dia. Aku sih memilih diam. Tapi diamnya aku kok membekas luka dalam hati ya? lalu akhirnya aku line sahabatku. Yang tahu kondisi kesehatan aku saat ini. Aku hanya melanjutkan pembicaraan yang tertunda saat menjelang sholat maghrib tadi. Lama dia juga mereply. Aku pikir jam jam segitu dia sudah selesai menunaikan ibadah dan waktunya santai. Dia reply. Tapi tak sebanding. Pesan aku panjang.. banyak tapi balasan dia hanya singkat dan pendek tanpa mengena ke sasaran pembicaraanku. Dia bilang sedang bicara dengan bunda. Oh aku pikir aku harus sudahi pembicaraan. Lalu aku pamit untuk menunda bahasan obat yang kami bicarakan. Lalu aku buka notification messanger ku. Eh kok pesan dari dia juga. Aku bilang dong "Kenapa pindah ke messanger? padahal tadi di Line aku sudah bahas dan pamitan belum dia baca. Dan parahnya lagi..... Saat aku lihat notification FB aku banyak komen komen dia di status orang lain sibuk pada saat jam dan waktu yang sama dia chating denganku di Line. Jadi ternyata dia bukan sedang bicara dengan bundanya. Tapi dia sedang sibuk berkomentar distatus status orang. Ya Allah... Kok ada ya orang macam itu? Hingga akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri chatingan dan bilang "jangan like atau komen di status aku"!!!, bersamaan dengan itu, semua komen yang sempat aku kirim di beranda orang lain aku tarik. Semua status aku yang ada like dan komentar dia aku delete. Aku marah. Sungguh aku marah banget. Dan setelah itu dia baru membalas chatku di Line. Dengan mencoba menggoda aku. "Ngambek nie ye". Aku sudah gak mau lagi reply. Lalu aku jawab "Maaf mau tidur". Apa cobaaa... jawaban dia?? "Ya, Silahkan". Anjriiiit.... tuh orang gak peka banget ya. Awas aja kamu ya. Akhirnya aku blokir semua akses komunikasiku dengan dia disemua aplikasi dan no telp. Aku kok bener bener marah ke dia ya. Dan sampai akhirnya aku menahan rasa amarah yang begitu menyakitkan hati sampai tanpa sadar aku menangis. Mau tidur malah nangis. Tega banget ya. Padahal aku termasuk orang yang tidak pernah menuntut untuk dibalas seandainya memang tidak dibuka. Tidak dibaca lebih dahulu. Dan tidak mencoba memberi alasan yang sangat bohong sekali. Lebih baik tidak dibaca sekalian daripada dibaca tapi gak di reply.
bales mb, saran saya lebih cerdik mb untuk menghadapi suami dan sabar, lelaki memang terkadang sangat seperti anak-anak yang masih mau sesuka hatinya. Semangat mb bnyak doa biar hati suaminya luluh.