Saya sedang benar-benar membutuhkan pendapat

Discussion in 'Ruang Curhat' started by Gadis Bali, 2 February 2016.

Silakan gabung jadi member agar bisa posting
  1. Gadis Bali

    Gadis Bali New Member

    Hallo semuanya... Nama saya Indah (nama samaran), umur 24 tahun (September depan 25 tahun).

    Saat ini saya sedang menjalin hubungan dengan Agus (nama samaran), umur 25 tahun. Perlu diketahui, Agus ini berasal dari keluarga yang (maaf) bisa dikatakan, tidak mampu dari segi sosial. Orang tuanya hanya bekerja sebagai buruh dan petani, yang hanya mampu membiayai sekolah Agus sampai SMA. Sekarang Agus sudah bekerja di sebuah perusahaan sebagai seorang Office Boy dengan gaji kisaran 3juta per bulan. Di perusahaan inilah saya bertemu dengan Agus sampai akhirnya menjalin hubungan sampai sekarang (2 tahun 1 bulan).

    6 bulan pacaran, saya ajak Agus ke rumah untuk dikenalkan kepada orang tua saya, dan pada waktu itu hanya sempat bertemu Ibu saya. Ibu saya bertanya banyak hal, terutama latar belakang Agus dan keluarganya, dan saya pikir ini hal yang wajar untuk ditanyakan. Namun, satu jam setelah saya kembali ke tempat perantauan, Ibu saya mengirimi saya SMS dengan isi pesan yang cukup kasar yang pada intinya meminta saya untuk segera mengakhiri hubungan saya dengan Agus karena Ibu saya melihat, jika saya dan Agus menikah nanti, Agus tidak akan mampu mempertanggungjawabkan saya terutama dari segi materi.

    Saya menyadari, menikah itu bukan melulu soal cinta. Materi pun bukan sebagai tolak ukur kebahagiaan sebuah keluarga. Tetapi saya juga mengerti mengapa Ibu saya berpikir demikian. Itu semua semata-mata dia tidak ingin melihat saya diajak hidup susah oleh Agus. Maksudnya hidup susah, adalah saya dan Agus harus memulai dari nol. Sebab Ibu saya dulu merasakan hal yang sama sewaktu menikah dengan Ayah saya. Mereka tidak punya apa-apa, sampai Ibu saya pun ikut bekerja membanting tulang agar bisa memnbantu biaya sekolah saya dan kakak-kakak saya. Dan syukurnya, saya dan kakak-kakak saya, tidak satupun yang melewatkan bangku kuliah.

    Sangat berbeda dengan yang terjadi di hidup Agus. Karena itulah, Ibu saya meminta saya untuk segera mengakhiri hubungan saya dengan Agus. Saya pun mengiyakan di depannya, tapi tidak di belakangnya. Saya tetap menjalani hubungan saya dengan Agus sampai 2 tahun ini, karena saya merasa, saya tidak bisa meninggalkan seseorang yang begitu baiknya menerima segala kekurangan saya, hanya karena materi. Dan Agus pun tahu semua isi pesan Ibu saya, dan pandangan Ibu saya tentang dia dan keluarganya. Setahun setelah kejadian itu, Agus pun memberanikan diri untuk memulai kuliah dengan harapan bisa menyetarakan “derajat”nya dengan saya yang dulu juga pernah kuliah. Agus saat ini baru akan memasuki semester 2 (ya, semester 2).

    Dan tadi malam saya tiba-tiba merasa sangat gundah, mengingat sebentar lagi kakak saya akan menikah, dan secara otomatis, setelah kakak saya menikah, orang tua saya, terutama Ibu saya, akan menanyakan kepada saya, kapan saya akan menyusul kakak saya. Karena memang, beberapa bulan terakhir ini, Ibu sering menanyakan tentang kekasih saya. Ditambah lagi, usia saya yang sudah tidak muda lagi bagi orang Indonesia untuk menikah.

    Kekhawatiran mulai menghinggapi saya. Bagaimana nanti, dan apa yang harus saya katakan. Dan akhirnya saya pun membicarakan kekhawatiran saya kepada Agus. Agus yang saat ini masih harus kuliah, penghasilan hanya dengan 3juta sebulan, bagaimana dia akan mempertanggungjawabkan saya. Agus hanya meminta satu hal kepada saya. Dia mempertanyakan apakah saya yakin padanya atau tidak. Jika yakin, maka saya bisa ikut dengan dia. Tapi jika tidak, dia meminta saya untuk menjauhi dia.

    Saya berpikir bahwa jika saya meyakini untuk pergi dengan dia, berarti secara tidak langsung saya harus meninggalkan orang tua saya tanpa restu.

    Dan seorang teman saya pernah berkata, jika kamu mencintai seseorang dan ingin menikah dengannya namun orang tuamu (terutama Ibu) tidak memberikan restunya, lebih baik lupakan saja tentang pernikahan itu. Sebab, pernikahan tanpa restu orang tua, sama dengan kamu makan dengan uang hasil dari perbuatan jahat. Selamanya hal itu tidak akan membuat hidupmu tenang.

    Saya benar-benar bingung. Di satu sisi, saya tidak ingin memandang Agus dari segi sosialnya. Namun di sisi lain, saya juga harus memandang ke depan secara realistis bahwa sekali lagi, menikah itu tidak melulu soal cinta.

    Mohon sarannya, teman-teman sekalian.

    Terima kasih.
     
  2. Ikuti hati mbak aja,, jgn tkut akan materi aja, karena kadang materi jg gk pasti membuat bahagia seutuhnya. Jgn takut menjalin hubungan/menikah dg org kurang ( miskin/tdk mampu ) kuncinya adlh yakin dg pasangan mbak yg skrg.

    Percayalah dengan janji Allah:

    Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur: 32).
     

Share This Page