Someone please...

Discussion in 'Ruang Curhat' started by xyandxy, 3 December 2017.

Silakan gabung jadi member agar bisa posting
  1. xyandxy

    xyandxy New Member

    Rasa-rasanya sedikit tidak percaya saya akan curhat disini, mengingat teman buat cerita juga gak ada jadi saya pilih untuk mengeluarkan segalanya disini.

    Saya anak sulung dari 3 bersaudara (dengan urutan saya, adik laki-laki dan adik perempuan).
    Awalnya keluarga harmonis, kedua orang tua saya tidak pernah bertengkar dan senang memberi canda tawa, semacam pasangan idaman dan saya tergolong anak manja. Semua mungkin mulai berubah sejak 2003 silam. Ayah pergi mengejar studi masternya di kota metropolitan dan bertemu seorang wanita (entah bagaimana caranya saya tak tau). Saya ingat wajah Ibu yang menangis karena kami -saya dan Ibu- ditelantarkan di kota baru yang kami pijaki. Mulai kehidupan kami di kota baru itu semua berubah. Ayah dan Ibu tidak bertengkar, namun Ayah terang-terangan memberi respon dingin setiap Ibu angkat suara atau menanggapi hal kecil. Dan dengan saya sadari sendiri, Ayah mulai memperkenalkan saya dengan wanita tersebut dengan sengaja membawa saya berjalan-jalan dan seolah berpapasan di mall. Saya merasa cukup kacau hingga prestasi yang saya dapat menjadi drop (apa yang bisa dilakukan anak umur 10 tahun ketika kedua orang tuanya bertingkah seperti itu selain diam?). Ibu tidak mempermasalahkan nilai drop tersebut karena beliau sadar dengan kondisi rumah. Ayah? Beliau kecewa mengingat dirinya bergelar master, kenapa saya yang darah dagingnya begitu bodoh?
    Tak lama, Ayah benar-benar tak pulang dan tanpa saya ketahui kapan, kedua orang tua saya telah bercerai. Adik dan saya terpaut 9 tahun sehingga masalah keluarga seperti ini mereka tak akan mengerti. Dan tanpa saya ketahui kapan, Ayah telah menikahi wanita tersebut secara siri (kedua orang tua saya PNS sehingga hubungan rumah tangga juga diatur hukum). Wanita itu masuk dalam kehidupan saya dengan sebutan Mama. Beliau wanita karir yang tak bisa memiliki anak dan sempat menjanda sebelum bertemu Ayah. Jika ditelaah, Mama termasuk ibu tiri yang baik yang mau memperlakukan saya dan kedua adik saya seperti anaknya. Di titik ini, hubungan saya dan Ayah merenggang..seperti saya tidak berselera berada di dekat beliau walau hanya semenit. Apa yang diungkap dari mulut beliau hanya rasa kekecewaan. Seolah beliau tak ingin memiliki saya sebagai anaknya. Beliau senang membandingkan saya dengan anak-anak rekannya dan membiarkan saya menangis dihadapannya untuk dipermalukan. Mungkin dari sana, titik jenuh terhadap Ayah semakin berkembang.

    Masalah tak selesai sampai disitu. Saya belum pernah bercerita kondisi keluarga walau dengan sahabat terdekat sekalipun. Saya memiliki sifat negatif dimana susah untuk mempercayai seseorang sehingga saya melewati masa SMP dengan rumit. Masa SMA saya cukup menyenangkan dengan teman-teman dekat yang tak pernah mempertanyakan kondisi keluarga. Mungkin saya bersikap terlalu tertutup, namun saya merasa lingkungan tempat tinggal saya masih merasa tabu dengan hubungan perceraian suami-istri. Terlebih, sudah sangat jelas jika Ayah yang menemukan cinta baru.

    Dengan kondisi hubungan merenggang, Ibu seolah menjadi panutan bagi saya. Namun lagi, hal itu tak berlangsung lama. Semenjak bercerai dengan Ayah, Ibu senang mengikuti pengajian As-Sunnah yang merupakan sumber positif bagi saya. Ibu berubah dan benar-benar mendekatkan diri pada Allah. Tidak ada pertentangan yang terjadi namun tanpa saya ketahui, Ibu dekat dengan pria lain lebih tepatnya suami orang lain. Saya merantau ke kota pelajar dan mengambil sarjana di salah satu universitas swasta disana di tahun 2013. Setahun sekali saya pulang ke kota asal yaitu di hari Fitri. Dan akhir 2015 silam, tanpa ada kabar, Ibu saya menikah siri dengan suami orang tersebut dan menyandang status istri kedua. Dalam ajaran agama saya, poligami hal yang sah asal sesuai restu istri sebelumnya dan bersifat adil. Saya tidak menentang, namun saya merasa kecewa dimana Ibu saya sendiri menikah (lagi) dan saya anaknya baru tau setahun kemudian. Dan masuklah pria itu dalam kehidupan saya dengan panggilan Papa. Kembali saya telaah, dan Papa termasuk ayah tiri yang baik. Papa memiliki 2 anak dari istri pertama yang tidak pernah saya bertemu. Papa selalu datang ke rumah sekitar jam 9 pagi dan pulang ke rumah istri pertama jam 3 siang. (ps: saya bersaudara tinggal bersama Ibu dan hanya sesekali menginap di tempat Ayah).

    Saya menemukan titik jenuh yang sama pada Ibu lantaran Ibu lebih mementingkan untuk mengurusi suaminya dari pada adik perempuan saya. Terkadang, ketika Papa menginap di rumah, adik perempuan saya akan terlantar seorang diri di sisi lain rumah tanpa ada peneman belajar.

    Di posisi ini saya merasa kedua orang tua tiri saya lebih baik dari pada orang tua kandung saya. Salahkan?

    Saya memiliki harapan untuk dapat membawa adik perempuan saya menjauh dari keluarga. Apakah itu salah?
    Saya juga memiliki keinginan untuk tidak menikah. Apakah itu salah?
    Saya menjadi seseorang yang lebih menilai material dari pada perasaan orang lain. Apakah itu salah?
    Ayah sudah mulai pikun dan berpenyakitan namun sebagai anak pertamanya saya tidak memiliki niat untuk merawat beliau. Saya harus bagaimana?

    Maaf jika curhatan saya terlalu panjang dan membuat anda semua bosan. Terimakasih.
     
  2. Miau miau

    Miau miau Member

    Pertama kamu harus Ikhlaskan semua yang sudah terjadi dikehidupan keluarga kamu. Itu sudah takdir Allah agar kekecewaan yang besar dihati terhadap orangtuamu musnah dan kamu bisa meneruskan hidupmu tanpa kebencian. Seharusnya apa yang org tuamu alami menjadi pelajaran untukmu, betapa menderitanya anak karena ulah mereka bukan berarti kamu jadi tidak mau menikah ubah pola fikir itu (takkan ku buat apa yang orang tuaku perbuat).
    Belajarlah kamu sungguh sungguh, bekerjalah dengan giat biar kamu bisa bawa adik kamu dan mendidiknya menjadi adik kebanggaanmu. Boleh saja kamu bawa adikmu menjauh dari keluarga asal kamu mapan membawanya tapi jika tidak biarlah adikmu bersama mereka yang layak mendidiknya.
    Walau bagaimanapun dia tetaplah ayahmu durhaka bila kamu tidak mengurusnya meskipun ayahmu sungguh mengecewakanmu. Ingat selain doa ibu doa ayah juga mabrur untuk anaknya loh... Ikhlas ya.... Semoga Allah terus menguatkanmu dan menjadikanmu kakak yang hebat.
     
  3. Maiia

    Maiia Well-Known Member

    Hai @xyandxy ,

    Kamu mengalami perjalanan hidup yang penuh cobaan, bisa dikatakan sedari kecil sudah harus menghadapi persoalan perpisahan orangtua atau perceraian , di mana seharusnya di masa itu justru orangtua masih harus mengayomi dan menjadi panutan bagi anak2nya.
    Mental kamu yang mesti ditempa sejak dini menjadi terbengkalai dan mengubah pandanganmu menjadi serba negatif dan tertutup dengan dunia luar. Namun saya masih salut dengan kamu yang justru tidak pergi ke arah negatif seperti anak broken home lain yg terjerumus pergaulan bebas atau kenakalan remaja lainnya.

    Di saat seperti ini sepertinya kamu butuh dukungan orang lain yang bersifat positif dan menyemangati kamu untuk menghadapi hari2 selanjutnya, tak ada salahnya km mulai membuka pikiran tentang orang lain dan berbagi dengan seseorang tentang kesedihan atau beban hidupmu. Mungkin karena trauma di masa kecil tentang pernikahan orgtua hingga km enggan berpikir tentang pernikahan, namun cobalah berpikir positif, tidak semua pernikahan mengalami kegagalan, takdir tiap orang hanya Tuhan yang tahu.
    Tentang adik perempuan km, tak ada salahnya jika km mengajaknya ikut denganmu jika km rasa itu yang terbaik untuk kalian berdua, namun jangan jauhkan pula dari orangtua kalian, bagaimanapun buruknya orgtua, mereka tetaplah orang yang wajib kita hormati dan sayangi.
    Tentang ayah yg mulai sakit dan pikun, maafkanlah beliau. Kesalahan fatal dan keburukannya di masa lalu mungkin sulit buat km toleransi, namun sekali lagi, mungkin di saat2 terakhir hidup beliau, beliau pun butuh perhatian dan kasih sayang dari org terdekat terutama anaknya, maka maafkanlah. Kita tak tahu kapan Tuhan menjemputnya, jangan sampai kelak kita menyesali kenapa kita enggan untuk merawatnya.

    Maaf terlalu panjang dan terlihat menggurui, saya hanya mengemukakan pendapat.
    Mintalah petunjuk dari Yang Kuasa, dan dengarkan kata hatimu.
    Semoga membantu.
     
  4. Hestie

    Hestie Active Member

    merasa orangtua tiri lebih baik drpd orangtua kandung itu tidak salah, karena tidak semua orangtua tiri itu jahat dan tidak semua orangtua kandung itu baik.
    Ini kenyataan.

    Membawa adik menjauh dari keluarga tidak salah juga, jika memang orangtua km kehidupannya tidak benar (sampai detik ini)
    tetapi jikalau yg km ceritakan adalah masa lalu, bukan masa sekarang.
    Tidak baik menjauhkan anak dari orangtuanya, apalagi krn alasan masa lalu orangtua yg kelam.

    Menikah atau tidak itu semua keputusanmu, tidak ada yang salah utk keputusan tsb asal km mau menerima konsekuensinya kelak.
    Km yg berhak menentukan hidupmu.
    Namun izinkan saya bertanya, apa yang membuat km memutuskan utk tidak ingin menikah?
    apakah cara pandang terhadap pernikahan yang begitu negatif? atau apa?
    (Km jawab dlu nanti sy akan lanjutkan utk poin yg ini)

    Menjadi seseorang yg menilai material drpd perasaan oranglain adalah tidak benar namun wajar jika km mempunyai cara pandang seperti itu.
    Alangkah bijaknya bila km tidak menilai setiap sudut secara negatif.
    Apa yg km pikirkan (negatif atau positif) itu yg akan menentukan masa depanmu.

    Utk mempunyai hati yang ingin melayani orang yang pernah menyakitimu adalah dengan cara mengampuni (mengampuni/memaafkan bukan berarti melupakan) semua kejadian yg sudah km ceritakan itu adalah kenangan, mustahil melupakan kenangan yg jelas² km ingat betul. Tapi memaafkan adalah hal yg benar & baik.
    Ayah memang sudah membuatmu kecewa atau bahkan pernah tidak menginginkanmu
    dan sering membanding²kan mu dg org lain serta mempermalukanmu. (Disini jelas memang ayahmu salah kalaupun km tidak ingin merawat beliau itupun HAK kamu, tdk ada yg bisa menuntut km utk merawat ayah dg masa lalu yg kelam sprti itu)
    Tapi pertanyaannya adalah, apakah km ingin menjadi manusia yg lebih baik atau tidak?
    Kalau ingin lebih baik, balaslah kejahatan dg kebaikan. Upahmu utk hal ini sudah ada disorga. Jika km ingin menjadi jahat, lalu apa bedanya km dengan masa lalu ayah???
    Ayah mgkn pernah menyesali hal ini sblm dia pikun (ya mgkn, isi hati org mana ada yg tau kan?)
    Sekali lagi, semua adalah hak km.
    Km mau berbuat jahat atau baik semua sudah ada balasannya.
    Kalau ingin mendapatkan hal yg baik, berbuatlah baik (meski org sudah berbuat jahat)
    Kalau ingin mendapatkan hal baik tapi berbuat jahat??? Itu mustahil.
     
  5. juzie

    juzie Well-Known Member

    nggak salah sih
    btw, dmn istrinya papamu itu? kan dia bisa ngurus papamu juga
     
  6. xyandxy

    xyandxy New Member

    terimakasih kak @Miau miau untuk masukannya. saya sudah belajar untuk ikhlas dan juga saya tidak merasa untuk menanam dendam terlebih kepada kedua orang tua saya. saya juga sudah bisa move on untuk perkara lama ketika saya masih anak-anak dan membuat hidup saya lebih gampang. saya tidak ingin menikah bukan karena sifat orang tua yang menjadi momok, tapi karena saya seperti tidak percaya jika benar seseorang mau menerima saya atau menjanjikan hal manis seperti pernikahan. saya lebih dibayangi rasa-rasa takut untuk ditinggal.
    benar jika saya harus bekerja mapan terlebih dahulu untuk membawa adik saya. semoga saja hal itu dapat terwujud sehingga adik saya mampu merasakan sebuah kasih sayang keluarga walau hanya dari saya.
    saya tau tindakan tidak mengurus orang tua adalah hal yang salah dan durhaka. saya seperti perlu dorongan besar agar mau melakukan itu. kondisi Ayah belum parah namun saya takut ketika kondisi beliau semakin parah saya masih tetap enggan merawatnya. hal itu yang saya takutkan untuk saat ini.
     
  7. xyandxy

    xyandxy New Member

    terimakasih kak @Maiia untuk mengerti posisi saya :')
    untuk sekedar bangga, saya juga salut dengan diri saya sendiri yang tidak terjerumus hal negatif lainnya. haha.
    sebenarnya untuk pernikahan saya tidak berpikiran negatif. bahkan saya memiliki mimpi untuk mendapatkan pernikahan sederhana dan bahagia. yang membuat saya takut pada sebuah pernikahan adalah rasa takut dikhianati. mungkin terkesan terlalu berlebihan namun saya merasa bahwa saya sudah cukup banyak diberi pengkhianatan oleh orang-orang terdekat saya. hal itu yang membuat saya takut untuk menikah.
    terimakasih kak untuk dukungannya perihal saya dan adik saya. mungkin belum sekarang, namun saya harap suatu hari nanti saya bisa membuat adik saya merasakan kehangatan keluarga walau hanya datang dari saya.
    sejujurnya saya tidak pernah membenci Ayah. bahkan saya merasa saya yang seharusnya minta maaf pada Ayah jika saya tumbuh tak sesuai dengan harapan beliau. kakak benar, kita tidak tau kapan Tuhan akan menjemputnya. semoga sebelum Tuhan menjemput beliau, sifat buruk saya dapat berubah dan mampu mengurusnya.
     
  8. xyandxy

    xyandxy New Member

    kedua orang tua saya hidupnya benar hanya saja saya merasa adik perempuan saya sering terbengkalai. misalnya ketika adik perempuan saya pulang sekolah, tidak ada yang jemput namun tidak beri kabar sehingga adik perempuan saya harus menunggu berjam-jam disekolah. ketika adik perempuan saya belajar, tidak ada yang mengajarinya sehingga dia dituntut untuk harus benar sendiri. kadang kala dalam kejadian tersebut saya bisa membantu, tapi kebanyakan tidak mengingat saya merantau ke kota pelajar. adik saya tidak bercerita namun ketika saya pulang ke kota asal saya merasakan hal itu secara langsung yang membuat hati saya sedih dengan kondisi adik perempuan saya. (ps: adik laki-laki saya tinggal di sekolah yang ada asramanya, sama seperti saya, dia jarang pulang ke rumah juga)

    keputusan saya untuk tidak menikah karena saya takut merasakan rasa pengkhianatan lagi. saya ingin menjalin hubungan namun untuk menikah, saya merasa itu komitmen yang cukup berat. saya hanya tidak habis pikir jika MISALnya hal itu terjadi, yaitu pasangan saya pergi meninggalkan saya untuk orang lain, saya tak habis pikir apa yang akan saya lakukan berikutnya. terkesan muluk-muluk memang tapi otak saya selalu memiliki banyangan negatif pada satu yang membuat saya merasa takut sendiri.

    kakak benar, mungkin Ayah pernah menyesali hal yang lalu pernah dilakukannya. saya juga berharap semoga Ayah mau memaafkan saya yang tumbuh tidak sesuai keinginannya. kondisi Ayah saat ini tidak begitu buruk namun saya masih bimbang apakah kelak saya mampu mengurusnya. saya berharap ketika suatu hari nanti jika Ayah sudah benar-benar tidak bisa melakukan apapun sendiri, saya berada disamping beliau.
     
  9. xyandxy

    xyandxy New Member

    mungkin maksud kak @juzie istri Ayah? hehe,
    istri Ayah tinggal bersama Ayah. beliau memang mengurus Ayah, bahkan sesekali meminta kami 3 bersaudara untuk menginap di rumah mereka.
     
  10. navisa

    navisa Member

    ikhklas dan banyak berdoa. pasti dikasi yang terbaik.
     
  11. Hestie

    Hestie Active Member

    perkara dunia terkadang yang kita pikirkan ga kejadian dan yang ga kita pikirkan kejadian.
    aku dulu juga (sempat) mengalami hal yg sama tentang ketakutan pd pernikahan (tkt diselingkuhi, ditinggal prg, suami ringan tangan, suami brengsek, dll)

    Utk saat ini mgkn ga mudah bagi km mempercayai bahwa TIDAK SEMUA ORANG ADALAH PENGKHIANAT.
    manusia itu beragam, dg sifat yg beda².
    Ada yg baik ada yg buruk.
    Aku pribadi sangat percaya bahwa keburukan² yg aku alami PASTI mendatangkan kebaikan.

    Aku sedikit share tentang saudara laki laki ku yg BLANGSAK/HANCUR.
    Jujur aja aku kecewa dg didikan orangtua ku sehingga menghasilkan manusia seperti mereka.
    Bahkan aku pun TRAUMA, takut banget punya anak cowok nnti besarnya malah jd seperti mereka. Dipernikahanku, aku hidup dlm ketakutan² tsb.
    Tapi akhirnya aku sadar bahwa DIDIKAN² yg benar itu penting sekali, anak tidak boleh dijadikan investasi masa depan, tidak boleh hny kasih makan kasih sekolah saja.
    Anak itu generasi masa depan, dll.
    Aku bisa pny pemikiran sprti itu SETELAH MELIHAT adik adik cowokku itu.

    Kalau adik² cowokku baik, saudara keluarga semua nyaris harmonis mungkin aku menilai bahwa DUNIA ini sempurna dan aku menyepelehkan didikan yg benar.

    Jadi segala sesuatu pasti ada hikmahnya.
    Tinggal bagaimana cara kita melihat sisi positif dari masalah tsb.
     

Share This Page